Bulan Sya’ban 1440 H - Andalusia Islamic Center

Bulan Sya’ban 1440 H

Bulan Sya’ban 1440 H
Oleh : ust. Abdul Mughni, BA, MHi

Bismillah wa Alhamdulillah wa Al Sholatu wa Al Salamu ‘Ala Rasulillah shollallahu ‘alayhi wa sallam.

Betapa cepatnya waktu berjalan, dan saat ini kita telah memasuki Sya’ban bulan urutan ke 8 dari bulan bulan Hijriyah, hanya dalam dua minggu lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan, teriring doa dipanjatkan kepada Allah semoga kita senantiasa diberkahi Allah pada bulan ini dan disampaikan kembali untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Ada apa dengan bulan Sya’ban ? Apakah termasuk bulan hurum? Adakah nash (dalil) yang berbicara tentang bulan ini ? Bagaimana agar kita diberkahi Allah di bulan ini ? Semoga tulisan singkat ini dapat menjawab beberapa pertanyaan tadi.

Al Hafiz Ibn Hajar Al ‘Asqalaniy rahimahullah menjelaskan dinamakan dengan bulan Sya’ban karena bermakna bertebaran yaitu para masyarakat bertebaran untuk mencari air, atau bertebaran ke gua atau berarti tampak yaitu bulan yang timbul dan tampak diantara Rajab dan Ramadhan, makna lain yang disebutkan adalah banyaknya kebaikan.

Hadits nabi yang shahih menyebutkan sebuah dialog antara sahabat Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu dengan baginda rasulullah shollallahu ‘alayhi wa sallam tentang sebab nabi banyak puasa (sunnah) di bulan tersebut, beliau menjawab : karena bulan itu adalah bulan yang banyak orang terlupakan diantara Rajab dan Ramadhan dan bulan diangkat kepada Allah amalan manusia, dan aku ingin ketika amalan ku diangkat aku dalam keadaan berpuasa ( HR Ahmad, Nasaiy).

Hadits lain yang diriwayatkan Ummul Mu’minin Aisyah radhiallahu ‘anha menjelaskan bahwa beliau shollallahu ‘alayhi wa sallam tidaklah banyak berpuasa sebanyak yang dilakukan di bulan sya’ban (Muttafaqun ‘alayhi) dalam riwayat Ummu Salamah radhiallahu ‘anha juga menyebutkan bahwa beliau shollallahu ‘alayhi wa sallam tidaklah berpuasa sebulan penuh melainkan di bulan Sya’ban, disambung dengan bulan Ramadhan (HR. Abu Daud).

Berdasarkan nash-nash diatas, dapat dipahami bahwa amalan yang dilakukan nabi pada bulan ini adalah memperbanyak puasa sunnah, dan inilah yang disebut dengan scientific miracle (mukjizat ilmiah) hadis, karena banyak puasa di Sya’ban akan membiasakan tubuh sebelum puasa wajib, hingga tidak kaget dan menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada awal awal puasa, seperti letih dan payah, perubahan emosional hingga mudah marah dll yang dapat menyebabkan kepada sebagian orang membatalkan puasanya, minimal bisa mengurangi kualitas ibadah tersebut. Puasa Sunnah adalan amalan yang baik dan dianjurkan, kecuali jika dapat menyebabkan malas dan meninggalkan amalan yang lebih mulia, dalam sebuah atsar disebutkan bahwa sahabat Umar radhiallahu ‘anhu melarang untuk berpuasa sunnah kepada pasukan yang dikirimnya karena memperkuat fisik untuk berjihad lebih mulia daripada puasa sunnah, inilah hikmah tidak dianjurkanya puasa sunnah di hari Arofah dan di hari Jum’at karena dapat menimbulkan payah dan lemah untuk zikr dan doa pada kedua hari tersebut, dan masuk dalam kategori larangan ini jika puasa sunnah menyebabkan seorang malas belajar dan malas berusaha untuk mencari karunia dan rezki dari Allah, sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu sedikit berpuasa sunnah, beliau berkata karena dapat mengurangiku dalam tilawah qur’an sedangkan aku lebih menyukai tilawah, para imam mazhab yang empat menyebutkan bahwa menuntut ilmu lebih afdhol dari shalat sunnah, dan shalat sunnah lebih afdhol dari puasa sunnah, janganlah seorang memaksakan diri untuk melakukan sebuah amalan sunnah jika dapat melalaikan dan mengurangi amalan yang lebih utama, dalam sebuah hadis disebutkan “ lakukanlah perbuatan yang dapat anda lakukan karena Allah tidak akan berhenti memberikan ganjaran atas amalan yang dilakukan sampai anda berhenti beramal “ (Muttafaqun ‘alayhi).

Hadits sahabat Usamah radhiallahu ‘anhu juga menegaskan bahwa bulan Sya’ban bukanlah termasuk bulan bulan Hurum yang 4 (Zulqo’dah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab), bahkan nabi menjelaskan banyak orang lalai dan lupa tentang bulan ini, karena diapit oleh dua bulan mulia, Rajab (bulan Hurum) dan Ramadhan bulan yang wajib berpuasa, sedangkan hadits yang menyatakan bahwa “ jika telah memasuki pertengahan dari Sya’ban maka janganlah berpuasa” (HR. Abu Daud, Turmuzi, Nasaiy dll) maksudnya adalah bagi yang tidak terbiasa atau dari awal bulan berpuasa sunnah, agar tidak bercampur baur dengan puasa wajib. Jadi larangan bagi mereka yang tidak terbiasa dan belum pernah puasa sunnah sebelumnya dari semenjak awal bulan.

Nabi Muhammad shollallahu ‘alayhi wa sallam menyebutkan dalam hadits Usamah radhiallahu ‘anhu diatas bahwa di bulan ini adalah bulan dilaporkan catatan amal yang dilakukan manusia selama satu tahun. Laporan malaikat kepada Allah ada yang bersifat harian yaitu pagi dan sore, juga ada laporan yang bersifat pekanan yaitu senin dan kamis, dan ada yang bersifat tahunan yaitu di bulan ini.

Bulan Sya’ban adalah bulan dimana dahulu turun perintah Allah tentang perubahan arah kiblat, yang sebelumnya ke Baitul Maqdis di Palestina, maka pada bulan ini setelah kurang lebih selama 16 atau 17 bulan berqiblat ke Palestina turunlah perintah Allah untuk berqiblat ke Masjidil Haram (2;144).

Do’a yang dipanjatkan agar kita diberkahi di bulan ini, bagaimanakah caranya ? Jawabnya adalah dengan menghidupkan malam nishfu sya’ban, Imam Syafii rahimahullah dalam kitab Al Umm menyebutkan ada 5 malam mustajab yaitu malam Jum’at, malam idul fithri, malam idul adha, malam pertama bulan Rajab dan malam nisfhu sya’ban.

Ummul Mu’minin Aisyah radhiallahu ‘anha yang pada suatu malam kehilangan nabi, dan didapatinya sedang berada di pemakaman Baqi’ sedang mengangkat kepalanya menghadap langit kemudian beliau bersabda sesungguhnya Allah turun pada malam nishfu Sya’ban ke langit dunia dan mengampuni lebih banyak dari bulu bulu domba yang dimiliki kabilah Kalb (HR. Ahmad, Turmuzi, Ibn Majah dll).

Hadis lain menyebutkan Allah mengampuni kepada seluruh hambanya kecuali yang musyrik dan Musyahin (bermusuhan) (HR Ibn Majah).

Hadis lain dua orang yang tidak diampuni pembunuh dan yang memusuhi (HR Ahmad).

Hadis lain kecuali orang yang berzina dan musyrik ( HR Bayhaqi ).

Sahabat Ali bin Abi thalib radhiallahu ‘anhu pada malam nishfu Sya’ban keluar rumah kemudian memandang ke langit dan berkata sesungguhnya nabi Daud dahulu pada seperti saat ini memandang ke langit kemudian berkata pada saat ini tidaklah seorang hamba memanjatkan doa kepada Allah kecuali dikabulkan, dan tidaklah dia meminta ampunan melainkan diampuni, kecuali jika dia adalah seorang pemungut upeti, dukun, tukang sihir dll.. wahai Rabb nabi Daud ampunilah semua yang berdoa kepadaMu di malam ini dan minta ampun kepadaMu (istighfar).

Generasi Tabiin dari daerah Syam seperti Imam Kholid bin Ma’dan, imam Makhul dan imam Luqman bin ‘Amir rahimahumullah menghidupkan malam ini dengan memperbanyak ibadah , dan dari merekalah generasi sesudahnya sampai saat ini melaksanakan perayaan nishfu Sya’ban, dengan berkumpul di masjid, memakai pakaian yang bagus dan wangi dan membaca zikr, alqur’an dan doa.

Ulama dari daerah Hijaz berbeda pandangan dalam hal ini, yaitu tidak merayakannya dan menghidupkanya di masjid masjid, oleh karena itu marilah kita saling menjaga dan menghormati sesama saudar muslim, tanpa merasa dirinya yang paling benar, terlebih perkara ini adalah sebuah amalan yang tidak bersifat fardhu dan wajib seperti ibadah sholat dan puasa, wallohu a’lam.

Imam Awzaa’iy rahimahullah berpendapat dengan ibadah masing masing tanpa harus berjamaah, yang pasti seorang yang beriman wajib bertaubat kepada Allah dari dosa yang dilakukan agar masuk bulan Ramadhan semakin baik dan maksimal dalam beribadah kepada Allah.

Cara lain untuk mendapat keberkahan bulan ini adalah dengan memperbanyak tilawah qur’an, Imam Salamah bin Kuhayl (dari generasi tabiin ) berkata bulan Sya’ban adalah bulan Qurro’ (pembaca qur’an) demikian juga pendapat Habib ibn Abi Tsabit (generasi tabiin). Seorang waliyyullah yang wafat pada tahun 140an H bernama Imam ‘Amr bin Qoys Al Mullaiy rahimahullah ketika masuk bulan Sya’ban maka dia tutup kedainya dan fokus (tafarrugh) dengan tilawah, semoga kita diberkahi Allah dibulan ini dengan dimudahkan untuk memperbanyak amalan sunnah sebagai bekal memasuki bulan Ramadhan mulia.